“Nggak usah marah gitu sih,” Kata Asa tanpa menoleh ke arahku. Ia merogoh-rogoh isi tasnya, nggak ada yang tau apa yang lagi dia cari—kecuali dia sendiri. Aku sebenarnya nggak marah, sama sekali. Asa yang sibuk sama urusannya sendiri. Asa yang ribet sama urusannya sendiri. “Loh? Apa sih? Orang aku nggak kenapa-napa,” Iya, tadi aku beneran nggak marah. Tapi sekarang kayaknya sedikit kesal. “Iya. Kelihatan kali.” Kata Asa masih belum menatap siapa yang dia pilih jadi lawan bicara—walaupun sebenarnya sudah jelas itu aku. “Apa sih, Sa? Nggak jelas,” “Nggak usah kusut banget gitu deh. Nggak enak tau diliat orang,” Asa sudah menemukan yang ia cari dari dalam tasnya, ternyata handphone kerjaan dia. “Emang kenapa kalo diliat orang? Malu? Ngapain kamu yang malu, orang aku yang marah, bukan kamu,” Aku nggak mau ngomong yang lebih jelek-jelek lagi dari ini, jadi aku putuskan buat beranjak dan jalan jauh-jauh dari Asa supaya perdebatan yang nggak jelas ini nggak perlu dilanjutkan. D